Sunday 18 March 2012

Tak Kenal Tak Sayang

Hai hai hai!
Apa kabar semuanya? 
Semoga tetap sehat, tetap semangat.
Supaya kita bisa tetap makan-makan dan jalan-jalan lagi.
Pokok'e maknyuss!

Dalam kesempatan posting kali ini izinkan saya untuk memperkenalkan diri sebagai si empunya blog.


Nama saya Shandy, lahir 20 tahun yang lalu (beserta bonusnya) di sebuah Rumah Sakit di daerah Salemba. Cukup jauh memang tempatnya dari rumah Bekasi. Kalo di ukur-ukur pake meteran baju ada kali jaraknya 25 km. Kebayang kan kalo pas ibu mendadak mules-mules mau ngelahirin saya terus naik bajaj/angkot yang harus menempuh jarak sejauh itu. Yang ada mungkin nama saya jadi Shandy Bajajwan atau Shandy Koasitama, secara saya sukses brojol di dalam perjalanan ke rumah sakit. Tapi setelah ibu kasih penjelasan, baru deh saya mengerti kenapa saya harus lahir disana. Ibu bilang rumah sakit tersebut pelayanannya bagus. Dokter dan perawatnya care sama pasien. Setelah dirunut mendalam, ternyata Nini (nenek dari pihak Ibu) juga melahirkan lima orang putra-putrinya disana. Beliau senang dengan pelayanan rumah sakit itu, menurutnya suasananya bikin tenang, nyaman, dan fasilitas juga lengkap (pada zamannya). Dengan alasan tsb akhirnya ibu mengikuti jejak Nini. Tapi saya curiga, jangan-jangan ortu saya bersikeras untuk melahirkan saya disana supaya nama tempat lahir saya tertulis Jakarta, ibukota negara Indonesia. Bukan kota Bekasi yang notabene namanya kurang populer dan keren di Atlas Dunia. Tapi ya sudahlah. Sing penting saya berhasil lahir dengan selamat dan ganteng aja udah syukur alhamdulillah :)

Untuk arti nama saya sendiri itu apa ya? Actually, nama saya ini terinspirasi oleh seorang jurnalis US yang pernah menulis otobiografi Presiden Soekarno. Her name is Cindy Adams. She's a journalist and columnist. She wrote for local papers, eventually writing for the New York Post. In 1965 she co-wrote an English-language autobiography of Indonesia's President Soekarno, Entah kenapa Ayah saya kq bisa-bisanya kepikiran orang bule yang satu ini. Setelah dikonfirmasi, katanya beliau tahu gara-gara liat doi di tipi. Namanya bagus, makanya diniatin kalo anak pertama lahir bakal dikasih judul yang sama kayak doi. Tapi ternyata Allah SWT berkehendak lain, alih-alih melahirkan anak perempuan yang cantik, kedua orangtua saya malah di anugerahi seorang bayi laki-laki yang imut, lucu, sehat dan ganteng. How lucky they are! Mesti yang baca mendadak pada mules deh :p. Ibarat sumpah janji, Ayah tetap akan menggunakan nama jurnalis itu untuk dilekatkan ke anak lelaki (ganteng) pertamanya. Beliau hanya sedikit memodifikasi dari Cindy menjadi Shandy. Voila! Since that time,  i was named as Shandy Adam. Dan sampai sekarang, jika siang saya dipanggil Shandy, kalau udah malam kalian bisa panggil saya Cindy. Yuuk...:)) 

I have four sisters with no brother. And i'm the oldest child in the family. Adik pertama saya bernama Sella, saat ini dia sudah berkeluarga dan memiliki sepasang putra-putri bernama Abdilbarr & Wiqoya. Yang kedua adalah Aging (bukan nama sebenernya), coz nama aslinya sih Iravati. Asalnya karena dulu dia dianggap sebagai anak terakhir dikeluarga. Jadi dari kecil terbiasa dipanggil Ragil (anak bungsu). Tapi ternyata eh ternyata, Ibu malah melahirkan dua adik lagi dalam kurun waktu 2 tahun berturut-turut. Yaitu Anggi dan si bungsu Rani. Terus kenapa namanya bisa jadi Aging??? Sabar teman-teman, jangan pada emosi dulu yah. Sebenernya gak ada alasan yang logis kenapa, namanya cuma mengalami evolusi pemanggilan aja. Jadi proses evolusi namanya sbb: Ragil --> Agil --> Aging. Acuannya sih dari teori Darwin yang berbunyi "Mawar, maapin Darwin yaaaa" (syntax error). Begitulah riwayat singkat si bungsu (gak jadi) Ragil :D

Anyway, masa kecil saya diasuh oleh Nini di daerah Otista, Jakarta Timur. Ini bukan berarti kedua ortu tidak bertanggung jawab. Melainkan saat saya berusia 5,5 tahun saya ditolak oleh semua sekolah dasar di Bekasi. Kalian tahu apa alasannya? Mereka bilang karena saya ini terlalu ganteng, jadi takut anak-anak yang lain merasa minder (fokus Shandy!). Maaf jadi ngaco gini, maksudnya karena usia saya belum genap menginjak 6 tahun. Secara persyaratan sekolah mewajibkan untuk siswa baru minimal berusia 6 tahun. Gak boleh kurang seharipun! Peraturan macam apa pula itu (>.<"). Padahal saat itu saya sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar lho. Kebetulan dari usia 4 tahunan ortu saya udah ngajarin baca, saya juga sering diajak nimbrung sama Ayah untuk mengisi Teka Teki Silang. Bahkan pernah ada kejadian waktu di bus Mayasari Bhakti saya digemesin sama ibu-ibu. Gara-garanya setiap ketemu papan reklame besar Nini selalu meminta saya untuk membaca tiap tulisan yang terpampang disitu. "Ra..ma..ya..na", "Gol...den...Tru...li", "Pep...so...den", begitu kata Shandy kecil setiap diminta membaca oleh Nini. Ternyata celotehan saya diperhatikan oleh seorang ibu yang duduk di bangku samping. Kata ibu tsb, "Wah pinternya, ini cucunya ya Bu?. Lucu bener sih". Seraya nyubit-nyubitin pipi saya dengan gemasnya (˘_˘"). Sontak saya berontak, maksudnya apa-apaan ini? Cubit-cubitin seenaknya. Bayar donk. Hehehe :p


Sayangnya saya hanya bertahan sekolah sampai kelas V caturwulan 2 di sana. Setelah hampir tiga bulan Nini berjuang melawan kanker rahimnya yang sudah mencapai stadium 4. Saya harus merelakan Nini tercinta dipanggil oleh Allah SWT. Sungguh sedih ditinggal beliau. Masih teringat jelas di benak saya "galak"nya Nini saat menyuruh belajar, melarang saya main sepeda ke jalan besar, dan betapa mangkelnya beliau saat memaksa saya makan sayur-mayur yang notabene saya benci. Bahkan sempat dulu saya dicekoki jamu supaya doyan sama sayur. Saya gak tahu ramuan apa yang dijejalin ke mulut saya saat itu. Tapi yang jelas dan pasti ramuan jamunya PAHIT bangeeet (>.<"). Udah gitu yang bikin hati makin gondok adalah, setelah "penganiayaan" tsb saya tetap aja gak doyan sayur. Malah sekarang jadi nambah parah, gak suka sayur + jamu juga. Hadeh (˘_˘")

Tapi di balik sifat "galak"nya, Nini sayang sama saya, selain karena cucu lelaki pertama (dan ganteng) di keluarga. Saya juga termasuk anak yang cukup pintar di sekolah dasar. Setidaknya saya selalu ranking 3 besar di kelas. Ada hal yang cukup unik setiap kali saya sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Nini selalu menyiapkan "nasi kepal" sebanyak 5-10 buah. Maksudnya nasi kepal adalah nasi putih hangat yang diberi garam secukupnya terus dikepal dengan tangan menjadi bulat-bulat. Entah karena faktor ekonomi atau sudah tradisi keluarga saya diberi sarapan itu. Tapi saya senang-senang aja kok makannya. Setidaknya 5 buah nasi kepal harus dihabiskan sebelum berangkat sekolah. Nini mengajarkan saya untuk selalu sarapan pagi sebelum sekolah agar energinya cukup, semangat dan bisa berpikir dengan cemerlang. Kangen rasanya mencicipi nasi kepal hangat buatan tangan Nini...T.T. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa, melipat-gandakan amal ibadah, dan melapangkan kubur Nini. Amin. Shandy sayang sama Nini :)

Salah satu hal terberat setelah kepergian Nini adalah membujuk saya untuk pindah sekolah. Dengan pertimbangan karena sudah tidak ada keluarga yang bisa mengurus saya lagi. Saya totally menolak untuk pindah karena sudah kerasan dan nyaman dengan guru dan teman-teman disana. Bahkan Kepala Sekolahnya pun meminta saya tetap stay dan menjanjikan akan menaikkan saya langsung ke kelas VI. Jadi saya hanya butuh satu tahun lagi untuk lulus. Lebih cepat setahun dari semestinya. Sudah banyak cara yang dilakukan oleh ortu dan bibi saya untuk meluluhkan prinsip saya tsb. Tapi semuanya nihil. Saya tetap teguh kukuh berlapis baja dengan keputusan saya. Sampai akhirnya bibi saya yang tinggal di Rawamangun mengiming-imingi saya dengan mainan pengendali jarak jauh. Jujur aja saya mengidam-idamkan punya mobil KITT (red: Knight Rider) yang pake remote control, secara waktu itu lagi booming serial TV nya. Akhirnya dengan kepolosan seorang anak kecil, saya mau-maunya aja diajak ke toko mainan dan disuruh memilih mainan yang saya sukai. Yang saya cari jelas-jelas si KITT, tapi sayangnya stoknya lagi habis. Saya mulai ngambek, tapi bibi gak kehabisan akal. Dia menyodorkan saya sebuah mobil remote control Lotus berwarna putih. Pas dibuka entah kenapa saya langsung jatuh cinta sama mainan itu (dasar anak kecil). OK, i'll take this one *sambil meluk kardusnya*. Dan sejak saat itu saya sudah bisa melupakan guru dan teman-teman di sekolah yang lama dan memulai hidup yang baru di Bekasi. Hihihihi


Saya menghabiskan masa sekolah dasar, menengah, dan atas di Bekasi bersama ortu kandung. Dengan prestasi yang standar-standar aja saya akhirnya berhasil melalui semuanya dengan baik. Berikut rangkuman NEM saya: SD (42), SMP (36, 65), dan SMU (45). Ngomong-ngomong soal mata pelajaran yang disukai, saya memilih Biologi dan Bahasa Inggris. Kedua pelajaran tsb adalah andalan saya untuk mendongkrak nilai raport. Secara dapetnya 8, 9, 10 terus euy. Saya suka biologi karena ilmu eksak tsb mempelajari, mengamati makhluk hidup dan entah kenapa (bagi saya) mudah diingat di otak. Tiap saya menulis catatan biologi saya buat serapih dan sebagus mungkin di buku. Saya pakein Stabilo sama pulpen warna buat mempercantik tulisan/gambarnya. Dan yang membanggakan, Ibu Ida (guru Biologi SMP) menjadikan catatan saya sebagai referensi jika ada teman-teman yang ketinggalan pelajaran. Ibarat kata, saya ini tangan kanannya beliau (ingat tangan kanan ya, bukan tangan kirinya!). Berlanjut ke SMU, guru Biologi saya seorang laki-laki, Pak Lili namanya. Sama seperti Bu Ida, beliau juga guru favorit saya. Dan kemampuan menyerap pelajaran tsb masih terus berlanjut. Nilai saya dihiasi angka 9-10 tiap ujian. Ada yang bilang mungkin saya bakat masuk fakultas kedokteran. Sayangnya niat untuk mempelajari lebih mendalam di jenjang kuliah tidak terlaksana. Karena saya phobia dengan yang namanya darah, terlebih biaya kuliah kedokteran itu juga M.A.H.A.L. Sedangkan awal mula saya kenal sama yang namanya bahasa Kompeni, eh Inggris itu terjadi saat saya masih tinggal di Otista. Om Halim (adiknya Ibu) yang saat itu masih duduk di bangku STM memiliki hobi mengoleksi ratusan kaset penyanyi luar negeri. Dari Duran-Duran, Vanilla Ice, Roxette, A-HA, Milli Vanilli, Michael Jackson, Boyzone, Rick Price, NKOTB, Take That, dll. Saya yang saat itu masih berumur 6 tahun dan memiliki rasa ingin tahu yang besar iseng-iseng nyetel salah satu kaset. Dan lagu pertama yang saya dengar adalah dibawah ini:

Stay on these roads
We shall meet, i know
Stay on, my love
You feel so weak, be strong
Stay on, stay on
We shall meet, i know 

(A-HA - Stay On These Roads)

Pertama kali dengar, musiknya ear-catchy di telinga saya. Terlepas dari gak ngerti artinya, tapi saya suka. Since that time i tried to play every song (which i love) from those cassetes. Not only play it, but also tried to sing, understand its meaning and how to spell every words correctly. Dan itulah asal muasal kenapa saya tertarik mempelajari bahasa Inggris secara otodidak. Setiap ada kata/ungkapan baru yang belum saya pahami, mesti saya cari tahu sampai dapat. Dan setelah saya dapat, saya akan Save Into My Brain As Permanent File. Alhasil, setiap ujian saya gak perlu belajar donk (kesombongan yang indah), toh pada prinsipnya selama saya memahami arti setiap soal, maka saya akan dengan sendirinya mengetahui jawabannya. Tul gak?

Itu sekelumit cerita tentang masa kecil sampai remaja. Memasuki masa kuliah, saya memilih Fakultas Teknik Jurusan Elektro di Univ. Muhammadiyah Jakarta. Selain belajar ilmu akademik, disana saya mendapat kesempatan untuk belajar tampil di muka umum. Jujur, semasa sekolah dulu saya termasuk orang introvert. Grogi banget kalo ketemu orang. Apalagi sama makhluk Tuhan yang bernama PEREMPUAN, tiap ngobrol mesti langsung keringetan, sariawan, bibir pecah-pecah, dan susah BAB. By the way, kesempatan yang dimaksud adalah menjadi asisten laboratorium Fisika Dasar kampus. Awalnya saya menolak, tapi setelah saya mendapat desakan dari ortu, kepala lab & istri, teman-teman serta desakan dari para penumpang metro mini yang gila-gilaan. Akhirnya saya menerima tawaran tsb.

Singkat cerita, selepas dari kampus tingkat kepercayaan diri saya mulai meningkat. Dari yang dulu gampang keringetan dan grogi, sekarang menjadi lebih tenang dan terkendali. Tak bisa dipungkiri kegiatan saya di lab dan himpunan elektro banyak membantu saya menjadi pribadi yang lebih terbuka dan positif terhadap lingkungan. Terimakasih banyak ya kampuskyuuuu. Ai lop yu pull deh ^^

Saat ini saya bekerja disalah satu perusahaan Telekomunikasi yang majikannya notabene bermata sipit semua. Hihihi. Kenapa harus Telekomunikasi? Kenapa gak bidang elektronika, manufaktur, pertambangan dll? Jawabnya simple aja kq, karena saya kurang klik sama elektronika, gak lolos di manufaktur, dan menyesal kenapa dulu gak mengejar pertambangan :D. Well actually i'm interested in two kind of work fields, IT & Telecommunication. Menurut saya dua bidang tsb akan terus berkembang seiring perubahan zaman. Istilah Betawinya sih "gak ade matinye" tuh bideng, eh bidang. Sempat mencicipi dunia broadcast di salah satu stasiun tipi swasta, lalu IT di perusahaan/distributor notebook/processor/motherboard komputer, dan telekomunikasi. Dari ketiga bidang tsb saya memutuskan untuk fokus di bidang yang terakhir. Karena menurut saya bidang tsb memiliki unsur ibadah, yakni "menyambung tali silaturahim". Manusia di belahan bumi barat bisa bertegur sapa dengan manusia di belahan bumi timur bahkan dengan manusia di luar angkasa sekalipun. Yes, with no boundaries. Dengan telekomunikasi, jarak dan waktu tidak menjadi penghalang untuk saling bertegur sapa dan bersilaturahim antar sesama. That's the main reason why i chose it.

Ok then, i think it's enough for today's post. Karena saya perhatikan kalian sudah mulai gelisah dan mules juga membaca tulisan ngalor ngidul ini :p. Kapan-kapan saya lanjutkan kisahnya deh. Promised ;)

Thanks for reading.
Hope you guys having a great day!

SlimShandy | It's me, then?

No comments:

Post a Comment