Sunday 27 May 2012

Catatan Seorang Biker

Hmm, gak kerasa saya udah jadi biker selama 9 tahun. Buat yang masih bingung, biker adalah bahasa keren dari orang yang kemana-mana pake motor (CMIIW). Pokoknya tiada hari tanpa naik motor. Malah bisa jadi hubungan biker dengan motornya itu lebih erat/intens daripada sama pasangannya sendiri. Contohnya gak usah jauh-jauh deh. Yang nulis postingan ini salah satunya. Ya gimana gak intens, kekampus, kekantor, kepasar, ke-mall, kerumah temen, dan kemana-mana always nunggangin motor. Cuma ke toilet aja yang nggak euy. Hehehe. Ngomong-ngomong soal motor, allow me to introduce my roadmate. Perkenalkan ini si Ujang, pasangan hidup saya dalam mengarungi bahtera jalanan (rusak) di ibukota: 



Si Ujang
Ujang lahir dengan selamat, normal dan sehat pada September 2001. Dengan berat dan panjang yang proporsional. Kata orang-orang sih motor ini bandel karena sparepartnya masih asli dari Jepang. Konon motor tipe Ujang, which is keluaran thn 2001 dan berstiker ungu adalah salah satu tipe yang menggunakan sparepart tulen dari negeri Sakura tsb. Untuk produksi >2001 katanya udah pake sparepart buatan pabrik Indonesia. Tapi mungkin ada benernya juga. Secara sampe sekarang doi masih kuat dan tangguh melawan kerasnya jalanan ibukota dari rumah ke kantor tiap hari. Hampir gak pernah mogok euy, paling banter klo mogok pun gara-gara keabisan bensin, busi soak atau kemasukan aer pas banjir bah di Jakarta. So, kebukti emang bandel yah :). Sekali lagi itu konon katanya lho. Wallahu 'alam bisshawab aja deh.

Tahun 2011 kemarin Ujang genap berusia 10 tahun. Gak ada pesta ultah yang meriah, black forrest, kado, balon, apalagi badut di hari jadinya doi. Yang ada cuma pesta perpanjang pajak lima tahunan dan ganti plat di SAMSAT. Hihihi. Hubungan saya dengan Ujang itu erat. Hampir tidak bisa dipisahkan. Dimana ada Ujang, diatasnya pasti ada saya. Ibaratnya, saya itu ksatria dengan jubah yang bersinar, Ujang itu kuda perang besinya. Well, i'm a knight with shining armor who rode the iron horse.

Berikut adalah tiga faktor kenapa saya masih menggunakan jasa Ujang sampai saat ini:

1) "Basic function" Ujang sebagai alat transportasi darat masih berfungsi sangat baik. Ujang masih bisa dipake pergi-pulang kantor. Mesin dan bannya juga masih muter dengan baik. So, kenapa saya harus mengganti dia dengan yang baru?
2) Nilai historis. Ini motor pertama yang saya miliki sejak zaman kuliah sampe sekarang. Nilai historis ini yang mahal dan gak bisa ditukar dengan uang berapapun. Saya ulangi lagi, "TIDAK BISA DITUKAR DENGAN UANG BERAPAPUN". Tolong dicatat baik-baik (klo ada yang mau nego monggo di japri ya ^^).
3) Saya setia sama Ujang. Titik (no need more explanation)

Jadi untuk teman-teman yang selalu menyuruh saya untuk beli motor baru:
TRUST ME, IT'S USELESS...

By the way, anyway, Lee Chong Wei...
Berhubung temanya tentang berkendara. Berdasarkan analisa dan wangsit yang saya dapat saat bertapa dan puasa nasi goreng selama empat puluh hari di Gunung Kawi. Setidaknya ada dua hal yang patut dihindari oleh para biker dijalan. Yang pertama adalah PAKU, yang kedua POLISI. Menurut saya, dua hal tsb memang sudah menjadi momok yang "menakutkan" para biker selama ini. Dan saya yakin kawan-kawan akan meng-amini pendapat saya tadi. Iya kan, iya donk. Sebagai justifikasinya, saya akan share sedikit pengalaman saya terhadap keduanya.

1) PAKU

Pertanyaan yang masih menjadi misteri, "Kenapa bisa ada paku di jalanan ibukota?". Jawabannya mungkin beragam, tergantung tingkat intelektual dan penalaran masing-masing si penjawab. Bisa jadi ada truk kontainer pengangkut paku yang terguling yang mengakibatkan pakunya bertebaran dijalanan dan kelewat pas dipungutin. Atau ada seorang petani stress yang menabur paku dijalan karena ia menganggap aspal itu adalah sawah, dan pakunya adalah benih padi (!@#$%^). Dan kemungkinan yang lain adalah ada orang yang sengaja menabur paku dijalanan dengan niatan supaya ban motornya bocor. Kalo udah bocor udah pada tahu kan siapa yang kudu dicari sebagai the most wanted person? Yak betul sekali. yang kita harus cari adalah mertuanya tukang tambal ban!. Kalo udah ketemu mertuanya, baru deh tanya dimana menantunya berada (very simple logic).

Tapi untuk kemungkinan yang terakhir saya gak percaya. Karena orang Indonesia itu terkenal karena kebaikan dan keramahannya. Jadi impossible deh klo ada yang berbuat begitu. Kalopun ada, pasti dia bukan orang, tapi makhluk dari luar angkasa alias alien. Well, meskipun saya belum pernah ketemu alien seumur-umur. Tapi kenyataanya saya sering ketemu paku dijalan euy. Jadi udah pasti yang nebarin paku si alien. Entah apa motifnya selain menginvasi bumi. Yang jelas dia JAHAT banget. Bikin sengsara para biker yang kudu dorong-dorong motor karena bannya tertusuk paku/rangka payung yang dipotong meruncing. Kebayang kan klo kejadiannya tengah hari bolong, pas matahari tepat di ubun-ubun, panas terik, asap-polusi dimana-mana, tambal ban jauh, pas lagi puasa pula. Wah, itu biker mesti lagi dapet ujian keimanan dari Tuhan. Yang sabar aja ya Bro. Besok ente bakal naek kelas *tepuk2 pundak*.

Ada hal yang menarik saat berangkat kekantor beberapa bulan yang lalu. Saya melihat seorang polisi berkumis yang membawa tongkat yang diujung bawahnya terdapat magnet (red: besi berani kalo masih belum paham). Setiap pagi saat berangkat kantor saya perhatikan doi bergerak menyusuri jalan untuk mengumpulkan paku yang ditebar sama alien2 tadi. Tidak sekali-dua kali saya liat doi melakukan hal tsb. Tapi hampir tiap hari. Jujur saya sampe terharu liat doi begitu. *berkaca-kaca*. Sungguh baik hati dan mulia banget. Saya menjuluki beliau Polisi Budiman. Sayangnya saya gak sempat mengetahui nama dan foto bersama dengan polisi tsb. Karena belakangan ini doi udah gak keliatan lagi. Mungkin mutasi ke tempat dinas yang lain. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Pak Polisi Budiman Berkumis tersebut. Amin

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ada seseorang laki-laki yang melewati ranting berduri berada di tengah jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan duri ini dari kaum muslimin sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya.’ Maka Allah pun memasukkannya ke dalam surga." (HR Bukhari-Muslim)
Dear Alien,

Menyingkirkan duri dijalan dengan niat melindungi sesama aja diganjar surga oleh Tuhan. Kira-kira kalo ente nebarin paku/rangka payung runcing dijalan dengan sengaja supaya biker "celaka" itu ganjarannya apa yah? 


Barang bukti di TKP:













Segeralah bertobat...

Regards,
Biker kena paku

 2) POLISI

Untuk hal yang kedua ini sebenernya sangat sensitif. Bisa-bisa saya dituntut penjara nih kalo sampe salah nulis :D. Oleh karenanya pas lagi nulis ini saya kerjakan dengan sangat hati-hati. Supaya tidak ada mis-interpretasi, kesalah-pahaman, dan tentu saja menghindari adanya "Hati Yang Terluka" - Betharia Sonata *celingak-celinguk takut ketahuan intel*. OK, saya kasih contoh situasinya ya. Ceritanya anda lagi asik-asiknya nyetir motor, lalu anda menyadari didepan ada sekumpulan polisi yang sedang merazia kendaraan. Kondisinya sbb: aksesoris motor dan SIM/STNK anda lengkap. Jadi seharusnya kalopun anda distop untuk diperiksa. Anda akan selamat sehat wal afiat karena tidak melanggar peraturan lalu lintas. Betul apa betul? Tapi misalnya anda dihadapkan pada beberapa pilihan sbb:

1) Tetap jalan santai dengan resiko diberhentikan polisi dan diperiksa kelengkapan lalu-lintasnya (meskipun gak akan kena tilang...seharusnya). 
2) Cari cara untuk menghindari razia. Bisa dengan memotong jalan atau ngumpet disebelah kanan mobil didepan anda. Tapi biasanya klo pake cara ngumpet disamping kanan mobil bakal ketangkep-tangkep juga, secara modusnya udah ketaker sama polisi sih. Coba cari modus yang lebih kreatif lagi ya.
3) Mengaktifkan mode heli-bike pada motor anda, dan terbang melintasi razia tsb sampai tujuan.

Mana yang anda pilih?
Saya percaya sebagian besar akan memilih opsi nomor 2 dan 3. Why? Karena saya yakin dilubuk hati yang terdalam,  (in any condition) para biker sekalian mesti gak akan mau berurusan sama yang namanya polisi. Meski gak melakukan kesalahan apapun, tapi teteup aja lebih memilih untuk menghindar kan? Hayo ngaku! Hehehe. Saya gak mau kasih opini kenapa alasannya (ngeri dipenjara euy-belum kawin:p). Toh jawabannya ada didalam pribadi masing-masing kq :). So, silahkan tanya dan jawab sendiri eaaaaa ^^....
Oh ya, mumpung lagi ngomongin soal razia. Saya mau sedikit cerita soal tilang pertama saya nih.
Cekidot ya Gan:

Kejadiannya pas awal kuliah. FYI, ini adalah tilang pertama dalam hidup saya. Jadi waktu itu saya masih ngelancarin nyetir motor sama sohib kampus, namanya Denny. Berhubung masih belum punya Ujang, jadinya saya nebeng sama doi. Untungnya doi fine-fine aja ditumpangin. Jadi ceritanya saya lagi berhenti di lampu merah Balai Pustaka arah ke Jln Pemuda, Rawamangun. Kalo yang tahu tempatnya mesti ngeh kalo disitu ada dua lampu merah yang berdekatan dan ada pos polisi diseberangnya. Di lampu merah pertama saya berhenti dengan manisnya. Tiba-tiba si Denny ngomporin supaya nerobos. "Udah Shan, maju aja. Gak ada polisi ini". ujar doi. Awalnya saya menolak tegas, karena tidak sesuai dengan hati nurani. Tapi doi tetep nyuruh nerobos terus. Entah kesirep apa takut gak boleh nebeng lagi akhirnya saya bablasin juga tuh lampu merah. Gak sampe 100 m kita kena lampu merah lagi. Pas lagi santai liat cewek cakep nyebrang tiba-tiba seorang polisi datang dan matiin stop kontak motor. "SIM nya mana?!", kata polisi. Duh, padahal saat itu saya masih belum punya SIM. "SIM & surat-suratnya mana???", tegas polisinya. Dengan kondisi masih shock dan ketakutan, entah kenapa saya reflek ambil dompet dan ngeluarin....KTP!

"Apaan ini???", teriak polisinya. Dengan polosnya saya jawab, "KTP Pak...". Dengan kesal polisinya ngambil kunci motor dan dibawa ke pos. "Ikut saya!", ujarnya. Sambil dorong motor si Denny malah ngetawain, "Lo gimana sih Shan, orang yang dimintain SIM, lo malah ngasih KTP. Hahahaha". Puas banget ketawanya dia waktu itu. Saya masih bingung. Sampe pos, Denny dan polisinya masuk duluan. Dengan perasaan deg-degan saya berhenti depan pintu dan dengan lugunya ingin melepas sepatu dulu. "Udah pake aja sepatunya...gak apa-apa", kata polisinya. Saya terdiam. Dan Denny pun kembali ngakak lagi ketawanya...*salah saya apa Tuhan*

Didalam pos kita berdua disidang. "Kalian tahu gak apa kesalahan kalian?", komandannya nanya. Saya bilang, "Karena gak punya SIM Pak...". "Salah!, kesalahan kamu itu karena nerobos lampu merah. Coba kalo tadi kamu gak nerobos lampu merah, kita gak akan tahu kalo kamu gak punya SIM...", tegas komandan. Dengan wajah innocent saya jawab, "Iya juga ya Pak...:D". Dengan sigap Denny mengajak "damai". Setelah bernegosiasi tarik ulur sana-sini. Denny akhirnya ngeluarin "pajak" sebesar 15rb. Jadi udah boleh kekampus lagi kan ya *dalam hati*. Kita bergegas kekampus lagi. Pas mo jalan, polisinya titip pesen, "Jangan nerobos lampu merah lagi, dan jangan lupa buat SIM ya". Kompak kita bilang, "Siap Paaaaaaaaak...", sambil ngacir. Hehehe.

Berikut nilai moral dari petikan cerita saya diatas:

1) Jangan pernah mendengar bisikan kata "terobos aja" dari teman pas lampu merah.
2) Kalo emang gak punya SIM, jangan pernah sekali-sekali ngasih KTP. Karena harga diri kita akan jatuh *diguyu pitik*
3) Pos polisi itu bukan masjid. Jadi gak usah dilepas sepatunya. Pake aja gak apa-apa...
4) Hindari yang namanya ber"damai", karena isi dompet kita akan berkurang.
5) Jangan lupa bikin SIM yah, soalnya KTP gak bisa dijadiin jaminan tilang. Paling banter juga cuma bisa dijadiin jaminan pas ngebon nasi rames warteg ajah. Hihihi


Hoaeemmm...nyam nyam...
Ngantuk euy, ikan juga udah pada bobo.
Sleep tight everyone!
Zzz...zzz...zzz...

*sleeping handsome*


Slim Shandy | Biker Imut

No comments:

Post a Comment